Pagelaran Wayang Kulit Desa Manguntara Dalam Rangka Adat Desa Sedekah Bumi

Pada tanggal 24 Desember 2024, Pemerintah Desa Manguntara telah menyelenggarakan sebuah pagelaran wayang kulit yang meriah sebagai bagian dari rangkaian acara adat Sedekah Bumi. Acara ini dilaksanakan di balai desa dan dihadiri oleh warga desa serta tamu undangan dari desa-desa sekitar.

Sedekah Bumi, yang merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Manguntara, diadakan setiap tahun sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil bumi yang melimpah dan sebagai doa untuk keberkahan serta keselamatan desa. Pagelaran wayang kulit menjadi salah satu simbol dari kebudayaan Jawa yang tak lekang oleh waktu, menggambarkan keberagaman cerita dan nilai-nilai luhur yang ada dalam masyarakat.

Pagelaran dimulai dengan upacara tradisional, di mana kepala desa beserta perangkat desa melakukan prosesi doa bersama. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pertunjukan wayang kulit yang memukau, diiringi dengan gamelan tradisional yang menggema di seluruh penjuru desa. Wayang kulit yang ditampilkan mengisahkan cerita-cerita klasik yaitu bercerita tentang lahirnya semar, yang tidak hanya menghibur namun juga mengandung pesan moral yang dalam.

Selama pertunjukan, warga desa dengan antusias mengikuti jalannya cerita, mendengarkan setiap petuah yang disampaikan oleh para tokoh wayang. Pagelaran ini juga menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga serta menjaga kelestarian budaya lokal yang sudah ada sejak nenek moyang.

Kepala Desa Manguntara, dalam sambutannya, menyampaikan harapan agar acara Sedekah Bumi dan pagelaran wayang kulit ini tidak hanya menjadi ajang hiburan semata, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya menjaga keberagaman budaya dan kekayaan tradisi yang dimiliki desa. Selain itu, beliau mengajak seluruh warga untuk terus menjaga kerukunan, gotong royong, dan menjaga lingkungan agar desa Manguntara semakin maju dan sejahtera.

Acara ini berakhir dengan doa bersama dan potong tumpeng kepada perwakilan warga, sebagai simbol rasa syukur atas hasil pertanian yang melimpah. Dengan berakhirnya pagelaran wayang kulit ini, masyarakat Desa Manguntara kembali pulang dengan hati penuh rasa syukur dan kebahagiaan, serta tekad untuk terus melestarikan adat dan budaya yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *